SEKRETARIS Daerah (Sekda) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Zulfinasran Tiangso paparkan potensi Kedelai di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) RI di Jakarta, Rabu 4 Oktober 2023.
Kata dia, kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang strategis di Indonesia. Kedudukan kedelai sebagai komoditas Palawija yang kaya akan kandungan protein nabati yang dalam pemanfaatanya memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan baku industri makanan (Tahu, Tempe, Tauco dan Susu Kedelai) serta bahan baku industri pakan ternak.
Lanjut ia, untuk data produksi Kedelai 5 tahun terakhir Kabupaten Parigi Moutong yaitu tahun 2018 total produksi Ton 993,65, tahun 2019 produksi Ton 1.674,91, tahun 2020 produksi Ton 178,15, tahun 2021 produksi Ton 0,00 dan tahun 2022 produksi Ton 451,48.
Sedang untuk harga Produsen dan eceran Kedelai di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 yaitu harga produsen Rp. 8.000 dan harga eceran Rp. 12.000. Untuk tahun 2022 harga produsen tetap Rp 12.000 dan harga eceran naik Rp. 15.000.
Sementara untuk bantuan Kedelai 5 tahun terakhir (APBN) yaitu tahun 2019 Kecamatan Bolano Lambunu 92,50 Ha, Kecamatan Parigi Utara 12,00 Ha, Kecamatan Kasimbar 28,00 Ha dan Kecamatan Sausu 38,50 Ha Total 169,00 Ha.
Tahun 2021 yaitu Kecamatan Ongka Malino 255,50 Ha, Kecamatan Taopa 36,50 Ha, Kecamatan Palasa 88,00 Ha dan Total 380,00 Ha.
Tahun 2022 yaitu Kecamatan Ongka Malino 40,00 Ha dan Total 40,00 Ha. Untuk tahun 2023 Kecamatan Ongka Malino 360,00 Ha, Kecamatan Mepanga 50,00 Ha, Kecamatan Taopa 22,00 Ha dan Total 432,00 Ha.
Selanjutnya kata Zulfinasran, untuk rencana pengembangan Kedelai Kecamatan Ongka Malino (Existing) : 500 Ha, Kecamatan Bolano Lambunu 4.100 Ha, Kecamatan Taopa 100 Ha, Kecamatan Susu 50 Ha dan Kecamatan Mepanga 250 Ha, sehingga total rencana pengembangan 5.000 Ha.
“Sebagai informasi tambahan, saat ini di Kecamatan Mepanga sudah menjadi sentra industri Tahu dan Tempe namun kekurangan bahan baku yang memenuhi standar,” paparnya.
Kata Zulfinasran, yang menjadi permasalahan saat ini adalah rasa trauma petani terhadap pengembangan tanaman Kedelai, stabilitas harga dan pemasaran yang belum pasti, kesesuaian antara varietas yang ada dengan kebutuhan industri Tahu dan Tempe, Kedelai impor lebih murah dan mudah dijadikan bahan baku Tahu dan Tempe serta belum tersedianya penangkar lokal benih Kedelai.