Info DesaParigi MoutongRagamSosial Budaya

Khaulah Senja, Bayi Penderita Penyakit Langka ini Butuh Uluran Tangan

×

Khaulah Senja, Bayi Penderita Penyakit Langka ini Butuh Uluran Tangan

Sebarkan artikel ini
Pasangan suami istri Moh Rifdal dan Yuliani. ASET: Istimewa.


KUTORA.ID – Anak kedua dari pasangan Moh Rifdal dan Yuliani yang berusia 8 bulan bernama Khaulah Senja Nafisah, yang biasa disapa Senja, warga Desa Silanga, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, lahir dengan keterbatasan.

Khaulah Senja menderita penyakit Hirschsprung (HIRSH-sproongz), adalah suatu kondisi yang mempengaruhi usus besar (kolon), dan menyebabkan masalah buang air besar.

Kondisi ini, muncul sejak lahir atau bawaan akibat hilangnya sel saraf, pada otot usus besar bayi tersebut. Yuliani ibu kandung mengaku, tak menduga anaknya menderita penyakit langkah tersebut.

Padahal, bayi Senja terlihat sehat saat lahir, dengan berat badan 3 kilogram di Puskesmas Siniu, pada 14 Oktober 2023.

“Senja lahir sehat, tapi memang lebih cepat dari prediksi dokter, yang memperkirakan proses persalinan pada 5 November 2023,” ucap Yuliani, dikutip dari Theopini.id, Kamis, 4 Juli 2024.

Senada, Moh Rifdal, ayah kandung bayi Senja mengaku baru menyadari anaknya menderita penyakit Hirschsprung, setelah mendapatkan penanganan medis. Awalnya, ketika dibawa pulang ke rumah setelah proses persalinan, bayi Senja tak bisa buang air besar.

Perut anaknya membesar, dan terus menangis semalaman. Ia pun bergegas membawa bayi Senja kembali ke Puskesmas Siniu, bermodalkan BPJS Kesehatan bantuan pemerintah.

Setiba di sana, bayi Senja langsung dirujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Defina, di Desa Bambalemo, Kecamatan Parigi.“Di RSIA Defina, anak saya hanya diobservasi semalaman. Kemudian, dirujuk lagi ke RSUD Anuntaloko Parigi,” ujarnya.

Baca Juga:  Pemkab Soppeng Berkunjung ke Parigi Moutong, Ada Apa?

Selama menjalani perawatan medis di ruang NICU RSUD Anuntaloko Parigi, kondisi bayi Senja tetap sama, tak menunjukan perubahan. Bahkan, kata dia, dari pusar anaknya mengeluarkan belatung. Hal ini, menambah kekhawatirannya hingga mengeluarkan bayi Senja secara paksa dari rumah sakit.

“Saya membawa pulang anak saya secara paksa. Karena, melihat video dari salah seorang perawat di Nicu, ada belatung keluar dari pusatnya,” ungkapnya.

Seminggu setelah keluar dari rumah sakit, kondisi perut anaknya semakin membesar, meskipun sempat menjalani perawatan alternatif di Kecamatan Sausu.

Pasangan Moh Rifdal dan Yuliani akhirnya, kembali membawa anaknya ke RSUD Anuntaloko Parigi. Kali ini, mereka meminta bayi Senja untuk segera dirujuk ke RSUD Undata Palu.

“Surat rujukan kami tunggu sekitar satu minggu baru keluar dari pihak RSUD Anuntaloko Parigi,” imbuhnya.

Setibanya di RSUD Undata Palu, bayi Senja langsung menjalani operasi. Saat itu, lanjut Moh Rifdal, tenaga medis sempat memarahinya karena terlambat membawa anaknya untuk mendapatkan penanganan.

“Saya bilang, jangan salahkan saya, karena yang lama itu dari rumah sakit asal di Parigi,” ujarnya.

Pasangan Moh Rifdal dan Yuliani tetap ikhlas melalui berbagai proses penanganan medis, agar bayi Senja segera sembuh.

Setelah operasi, bayi Senja harus rawat jalan secara rutin. Setiap bulan, Moh Rifdal dan Yuliani membawanya ke RSUD Undata Palu dari kampung halaman, di Desa Silanga.

Baca Juga:  Disdikbud Parigi Moutong Sukses Laksanakan O2SN dan FLS2N

Kini, bayi Senja membutuhkan penanganan medis lanjut. Dokter di RSUD Undata Palu, menyarankan untuk membawanya ke Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

“Ini menjadi kendala kami. Saya sudah minta agar dibawa langsung dengan ambulans, tapi anak saya bukan pasien darurat. Jadi harus kami sendiri yang ke Makassar,” keluhnya.

Moh Rifdal dan Yuliani yang hanya bekerja sebagai tenaga honorer mengaku, tak memiliki biaya untuk membawa bayi Senja menjalani operasi lanjutan di Makassar.

Sehingga, terpaksa meminta waktu ke pihak RSUD Undata Palu, untuk menunda surat rujukan. Sebab, untuk menutupi kebutuhan harian bayi Senja saja, mereka kerap kesulitan. Tak jarang, kantong medis penampung kotoran, diganti dengan plastik pembungkus es.

“Saya guru honorer di SMK Khatulistiwa, dan istri saya, di Kelurahan Bantaya. Kami sedikit kewalahan soal biaya,” akuhnya.

Hingga kini, ia mengaku telah berupaya mencari bantuan ke sejumlah komunitas pencinta alam dan Yayasan Rumah Dua Jari di Palu, namun belum membuahkan hasil.

Moh Rifdal berharap, bayi Senja mendapatkan bantuan dari pihak darmawan maupun yayasan peduli kemanusiaan, agar segera menjalani operasi lanjutan.

“Siapa saja yang ingin membantu anak saya, dapat menyalurkan ke rekening Bank Sulteng 1020204091970, atas nama Yulia A, nomor telpon 0822-9341-0640,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *