KUTORA.ID, Palu – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, melakukan kunjungan kerja ke lokasi pembangunan Masjid Raya Baitul Khairaat di Kota Palu, Minggu 2 November 2025. Dalam peninjauan tersebut, Menag menegaskan pentingnya menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan umat, tidak hanya terbatas pada ibadah semata.
Menurutnya, masjid harus mampu berperan dalam penguatan kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat. “Masjid seharusnya menjadi tempat lahirnya nilai-nilai moderasi, produktivitas, dan perdamaian di tengah masyarakat,” ujarnya saat meninjau progres pembangunan.
Menag mencontohkan, pada masa Rasulullah SAW, masjid menjadi pusat segala aktivitas umat mulai dari tempat belajar, musyawarah, hingga pengelolaan urusan sosial masyarakat. Karena itu, ia berharap Masjid Raya Baitul Khairaat dapat menghidupkan kembali peran tersebut.
Masjid megah yang berdiri di atas lahan seluas 4 hektare itu dirancang mampu menampung sekitar 15 ribu jemaah. Lokasinya berada di jantung Kota Palu dan menjadi simbol kebangkitan masyarakat pascabencana gempa, likuefaksi, dan tsunami pada tahun 2018.
Masjid ini akan menjadi ikon baru kebanggaan warga Sulawesi Tengah, sekaligus pengganti Masjid Agung Darussalam yang rusak berat akibat bencana. Pembangunannya dijadwalkan rampung dan siap diresmikan pada 15 November 2025.
Menag juga mengapresiasi desain arsitektur masjid yang ramah lingkungan dan menyesuaikan dengan iklim panas Kota Palu. “Saya melihat ventilasinya dirancang terbuka dan hemat energi, sesuai dengan kondisi alam Palu,” tuturnya.
Selain sebagai rumah ibadah, Menag berharap pengelolaan Masjid Raya Baitul Khairaat dilakukan secara profesional agar mampu menjadi tempat pembinaan umat dan ruang pertemuan lintas lapisan sosial.
“Masjid harus dikelola dengan baik, imam dan pengurusnya profesional, serta kegiatannya bisa mencakup pendidikan dan pemberdayaan masyarakat,” tambahnya.
Masjid Raya Baitul Khairaat sendiri telah mencatat dua rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), yakni kubah terbesar dan menara dengan jam analog terbesar di Indonesia, menjadikannya salah satu masjid termegah di kawasan timur Indonesia.












