KUTORA.ID, Parigi Moutong – Pemilihan Putra Putri Batik tingkat Provinsi Sulawesi Tengah tuntas. Dari 30 peserta terbaik yang mengikuti ajang tersebut, Annisa Nasmal (16), remaja asal Kabupaten Parigi Moutong, berhasil keluar sebagai juara utama dan akan mewakili Sulawesi Tengah di tingkat nasional.
Annisa, lahir di Parigi pada 10 Oktober 2008, merupakan putri pasangan Nasruddin, seorang guru, dan Fitriani Djafar, seorang ibu rumah tangga. Hidup dalam kesederhanaan tidak menghalangi langkahnya untuk berprestasi. Dengan semangat belajar dan tekad kuat, Annisa membuktikan bahwa kerja keras mampu mengantarkan seorang remaja daerah menuju panggung kehormatan.
Didukung oleh Sanggar Seni Parigata yang dibina langsung oleh Ketua TP-PKK Kabupaten Parigi Moutong, Hestiawati Nanga, serta bimbingan Dinas Pariwisata dan Pemuda Olahraga Parigi Moutong melalui Coaching Klinik, Annisa berhasil melewati berbagai tahap penilaian dengan gemilang.
“Awalnya saya sempat merasa putus asa ketika hanya masuk di peringkat 8 dari 10 besar. Namun saya belajar untuk tidak menyerah. Saat berhasil masuk 5 besar, saya benar-benar terharu,” ungkap Annisa.
Pada saat pembacaan runner up dari posisi empat yang dimana di isi oleh Intan Ayu Permata sari dari Donggala dan Almoonra Dwisson I Yunde dari Parigi Moutong.
Annisa berfikir mungkin dirinya akan berada di second runner up. Ketika pembacaan runner up tiga di isi oleh Nuranti Amalia Putri asal Buol dan Moh. Akram dari Kota Palu, dan runner up 2 di isi oleh Andi Zahra dari Kota Palu dan Kevin Grival asal Sigi.
Perjuangannya berbuah manis ketika namanya bersama perwakilan Putra asal Poso atas nama Dekrisman Paware diumumkan sebagai pemenang utama Putra Putri Batik Sulteng, setelah menyisihkan finalis lainnya dari berbagai kabupaten/kota.
Annisa menuturkan, ajang ini bukan hanya soal prestasi pribadi, tetapi juga kesempatan untuk belajar, memperluas wawasan, serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.
Lebih dari sekadar kemenangan, Annisa ingin prestasinya menjadi motivasi bagi generasi muda Parigi Moutong dan Sulawesi Tengah. Ia menegaskan pentingnya memiliki mimpi besar dan keberanian untuk terus mencoba meski menghadapi kegagalan.
“Kegagalan adalah pengalaman, dan pengalaman adalah guru terbaik. Jadi kesimpulannya kegagalan itu penting bagi kita semua,” tegas Annisa.
Keberhasilan Annisa tidak hanya mengharumkan nama Kabupaten Parigi Moutong, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa remaja daerah mampu bersaing dan berprestasi di tingkat nasional.












