Kutora.id – Sekretaris Jenderal Asosiasi Perkebunan Durian Indonesia (Apdurin), Aditya, menyatakan komitmennya untuk membantu petani durian di Parigi Moutong (Parimo) menghadapi masalah penyakit bangkalan yang telah menyebabkan kematian pada banyak pohon durian di wilayah tersebut.
Hal itu diutarakan Aditya usai menghadiri pelantikan pengurus Apdurin Parimo di Auditorium Kantor Bupati, pada Senin, 13 Januari 2025.
Menurutnya, untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya akan bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Kami sudah berkoordinasi bersama pemerintah daerah agar obat-obat penyakit bangkalan pada pohon durian bisa segera ditangani,” ujarnya.
“Kita juga bisa bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi untuk mencari Solusi penyakit ini,” tambah Aditya.
Aditya menuturkan, pencarian solusi untuk penyakit bangkalan ini akan menjadi bagian penting dalam program kerja Apdurin Parimo. Sebagai bentuk dukungan kepada petani, Apdurin akan mendistribusikan 10.000 bibit durian berkualitas. Selain itu, petani juga akan diberikan edukasi terkait metode perawatan dan penanganan pohon durian agar produktivitas dapat meningkat.
Lebih lanjut, Aditya menambahkan bahwa pihaknya saat ini tengah berupaya menembus pasar ekspor durian ke China. Langkah ini didukung oleh Kementerian Bidang Kemaritiman dan Investasi yang mendorong pemenuhan standar ekspor.
“Tahun lalu kita masih belum memenuhi standar. Tetapi setelah diperbaiki saat ini ada enam packing house yang sedang menunggu dokumen karantina,” jelasnya.
Sebelumnya, Aditya juga menyatakan bahwa Indonesia telah menunjukkan potensi besar dalam ekspor durian ke China. Pada tahun lalu, Indonesia berhasil mengekspor sekitar 216 kontainer atau setara dengan 6.000 ton durian, meskipun melalui Thailand.
Tahun ini, dengan tambahan 200 kontainer, sudah tercatat nilai transaksi sebesar Rp600 miliar yang menggerakkan perekonomian di Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, dan Kabupaten Poso.
Ia menjelaskan, jumlah tersebut menunjukkan peluang besar bagi petani durian lokal. Dengan 600 ton durian yang diekspor, diperkirakan total produksi durian montong di Indonesia mencapai 18.000 ton. Namun, angka ini masih jauh dibandingkan kapasitas ekspor Thailand, yang mampu mengekspor hingga 1.000 ton per hari dan menghabiskan stok dalam 18 hari.
Tahun lalu, impor durian China mencapai 1,4 juta ton, yang sebagian besar dipasok dari Thailand (80%). Namun, Vietnam kini mulai menguasai 30% pangsa pasar, sementara Thailand tersisa 60%. Indonesia baru memasok 1% dari total permintaan China, yang berarti peluang masih sangat besar untuk meningkatkan pangsa pasar.
Menurut Aditya, meski Indonesia belum menyamai volume atau kualitas ekspor Thailand dan Vietnam, faktor geografis memberikan keunggulan kompetitif. Di bulan November, Desember, dan Januari—saat produksi durian di negara lain rendah, Indonesia berada di musim panen terbesar. Hal ini menjadi alasan utama para pengusaha asing dan pengelola packing house membangun bisnis mereka di Indonesia.
Aditya optimistis, dengan strategi pengelolaan yang tepat dan penguatan kualitas produk, Indonesia mampu bersaing di pasar global. Potensi ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para petani durian.