Para peserta kemudian menggunakan platform pesan instan untuk berinteraksi dengan asisten peneliti yang fotonya adalah lawan jenis yang “menarik”. Asisten peneliti bertanya tentang hobi dan minat peserta, dan di akhir wawancara berkata, “Anda benar-benar membangkitkan rasa ingin tahu saya! Saya berharap dapat melihat Anda lagi, dan kali ini tatap muka.”
Para peserta kemudian diminta untuk menanggapi pesan itu serta menilai keinginan seksual pewawancara mereka dan komitmen mereka terhadap hubungan mereka saat ini.
Hasil penelitian ketiga menunjukkan bahwa mereka yang diberi informasi tentang prevalensi perselingkuhan romantis kurang berkomitmen dalam hubungan mereka saat ini dibandingkan dengan mereka yang mendengar tentang kecurangan akademik.
Partisipan yang membaca hasil survei perselingkuhan romantis juga lebih cenderung mengungkapkan keinginan untuk mengobrol dengan asisten peneliti lagi.
Terlepas dari kondisinya, pria juga secara keseluruhan kurang berkomitmen pada hubungan mereka dibandingkan wanita.
“Paparan norma perselingkuhan membuat tujuan jangka panjang kurang menonjol dan dengan demikian mengurangi perasaan bersalah atau melunakkan perlawanan terhadap perselingkuhan dengan mengurangi motivasi untuk melindungi hubungan saat ini,” demikian tulis peneliti.