Kutora.id – Memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2024, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raja Tombolotutu bekerjasama dengan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan PT Erela menyelenggarakan bakti sosial operasi katarak gratis.
Direktur RSUD Raja Tombolotutu, Flora Marlin menjelaskan adanya bakti sosial tersebut menjadi salah satu bukti bahwa Pemda Kabupaten Parigi Moutong bersama Perdami Sulut dan PT Erela berusaha untuk memberantas kebutaan yang masih menjadi salah satu masalah krusial terutama pada lansia.
Untuk diketahui, jumlah pasien terdaftar yang selesai terskrining di meja pendaftar yaitu 226 orang, sementara itu pasien yang sudah di operasi yaitu 165 orang. Sedangkan pasien yang tidak bisa dioperasi karena tekanan darah tinggi, gula darah tinggi dan membutuhkan kacamata yaitu 61 orang.
“Saya secara pribadi bersama manajemen dan seluruh civitas RSUD Raja Tombolotutu bersama masyarakat yang berada di wilayah kerja RSUD Raja Tombolotutu, kami mengucapkan terimakasih kepada PERDAMI dan PT.Erela sehingga bakti sosial ini bisa terlaksana dari tgl 10-12 Oktober 2024,” jelasnya pada kegiatan yang dilangsungkan di RSUD Raja Timbolotutu, Jumat, 11 Oktober 2024.
Sementara itu, Asisten l Setda Kabupaten Parigi Moutong, Abdul Aziz menyampaikan Hari Penglihatan Sedunia menjadi pengingat akan betapa pentingnya kesehatan mata dalam kehidupan sehari-hari, penglihatan mata adalah anugerah tak ternilai, sehingga menjaga kesehatan mata menjadi tanggung jawab kita bersama.
Untuk itu, atas nama pemda, Aziz mengucapkan terimakasih kepada pihak RSUD Raja Tombolotutu Tinombo yang telah bekerja sama dengan Perdami Sulut dan PT Erela yang telah melaksanan kegiatan tersebut.
“Saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh tenaga medis,relawan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini,” ucap Aziz.
Menurutnya, banyak diantara masyarakat yang masih menghadapi masalah penglihatan bahkan kebutaan yang dapat dicegah melalui gangguan penglihatan termasuk katarak, glukoma dan repraksi menjadi masalah utama.
“Terutama dalam masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan,” tambahnya.